Showing posts with label Kabupaten Banyumas. Show all posts
Showing posts with label Kabupaten Banyumas. Show all posts
Aji Yulianto
Di bawah ini adalah Tempat Wisata Banyumas. Peta Wisata Banyumas dari Google dengan penanda oleh The Aroengbinang Project, berisi lokasi tempat wisata, tempat menarik, obyek wisata, dan tempat lainnya di Banyumas akan ditambahkan kemudian. Tempat Wisata Banyumas dan Peta Wisata Banyumas dari The Aroengbinang Project ini akan diperbarui ketika informasi baru tersedia, dan posisi koordinat GPS dari Tempat Wisata Banyumas itu telah diperoleh.

Tempat Wisata Pegunungan, Banyumas

Lokawisata Baturaden, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata BanyumasTempat Wisata di lereng selatan Gunung Slamet (3.428 meter), sekitar 14km dari Purwokerto, dengan hawa sejuk di siang hari dan sangat dingin di malam hari. Ada banyak hotel, villa dan tempat makan yang nyaman dan murah. Sate kelinci banyak dijajakan di tempat ini… [Baca selengkapnya...]

Tempat Wisata Air Panas, Banyumas

~ Mata Air Panas Kalibacin, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata di Tambak Negara, Kecamatan Rawalo, sekitar 17 km dari Purwokerto, yang merupakan peninggalan jaman Belanda. Mata air panas Kalibacin dipercaya dapat menyembuhkan menyembuhkan penyakit kulit dan tulang.

~ Pancuran Pitu, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata di dalam Lokawisata Baturaden, yang merupakan sumber air panas berbelerang yang keluar melalui tujuh pancuran. Dicapai dengan berjalan kaki sejauh 2,5 km dari lokawisata Baturaden, atau dengan kendaraan pribadi atau umum melalui Bumi Perkemahan Baturaden.

~ Pancuran Telu, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata pancuran air panas berbelerang yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit gatal ini berada di dalam Lokawisata Baturaden. Di jalan menuju pancuran ada petilasan Mbah Atas Angin, yang konon adalah.. [Baca selengkapnya...]



Tempat Wisata Gua, Banyumas

~ Gua SaraBadak, Tempat Wisata Banyumas
Tempat wisata yang berada di sekitar 50 meter dari Pancuran Pitu, tempat pertemuan aliran air panas yang mengandung belerang, dengan air dingin, dengan bebatuan warna keemasan yang menakjubkan. Kabarnya Gua ini ditutup karena longsor, sehingga hanya bisa dilihat dari luar.


~ Gua Selirang, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata yang berada di sekitar area Pancuran Pitu, berdekatan dengan Gua SaraBadak, berupa gua kecil yang mulut guanya tertutup oleh aliran air dari atas tebing.



Tempat Wisata Curug, Banyumas

~ Curug Gede, Tempat Wisata Banyumas
Curug Gede terletak di desa wisata Ketenger, kurang lebih 3 km dari lokasi wisata Baturraden. Di tempat ini wisatawan dapat menikmati air terjun dengan keindahan alam dan aneka lempengan batu.

~ Curug Belot, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata air terjun yang indah, dengan air deras, namun belum banyak disentuh dan masih alami, yang berada di Desa Rempoah Baturraden. GPS: -7°21’29″, 109°14’23″

~ Curug Cipendok, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata di Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, dengan ketinggian 92 meter, dengan hawa yang sejuk. Lokasinya cukup mudah untuk dicapai, dan pengunjung bisa menikmati mendoan dan susu murni saat berjalan kaki menuju curug.

~ Curug Ceheng, Tempat Wisata Banyumas
Curug Ceheng menampilkan keindahan air terjun yang dihiasi maraknya satwa lawa (sejenis kalong) yang beterbangan di sekitamya.

~ Curug Pengantin, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata di tengah hutan Dusun Parduli, Desa Kracak, Ajibarang. Meskipun tinggi air terjunnya hanya dua meter, namun dipercaya oleh warga Parduli dan sekitarnya bahwa bila mandi di sini akan menolak bala dan mempercepat jodoh.



Tempat Wisata Masjid, Banyumas

~ Masjid Saka Tunggal, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata di Desa Cikakak kecamatan Wangon, sekitar 30 km dari Purwokerto, yang dibangun pada tahun 1288, yang terukir pada Saka Guru masjid. Di sekitar masjid terdapat hutan pinus yang di huni ratusan ekor kera jinak.



Tempat Wisata Museum, Banyumas

~ Museum Wayang Sendang Mas, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata museum yang berada di kompleks kadipaten kota Banyumas. Museum ini dibangun tahun 1982 dengan koleksi wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang krucil, wayang kidang kencana, wayang merak dan wayang lainnya, benda-benda pusaka, benda purbakala dan kitab-kitab kuno.

~ Museum Uang BRI, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata museum perbankan yang berada di Jl. Jenderal Soedirman, Purwokerto, berisi perjalanan perbankan (BRI) mulai berdiri sampai sekarang serta koleksi uang kuno mulai jaman Majapahit sampai dengan uang jaman sekarang.



Tempat Wisata Bumi Perkemahan, Banyumas

~ Bumi Perkemahan Baturraden, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata di kawasan Baturraden, merupakan camping ground yang sering digunakan para pecinta alam dan penikmat kegiatan out bond. Pernah digunakan sebagai tempat Jambore Nasional Gerakan Pramuka se-Indonesia pada tahun 2001.

~ Bumi Perkemahan Kendalisada, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata di Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Banyumas. Bumi perkemahan ini luasnya kurang lebih 20 hektar dengan dilengkapi gedung Serba Guna (208 m²) dan asrama (120 m²). Bumi perkemahan ini bisa pula dipakai untuk motor cross, terbang layang, dan rekreasi remaja.



Tempat Wisata Danau, Banyumas

~ Telaga Sunyi, Tempat Wisata Banyumas
Terletak kurang lebih 3,5 km di sebelah timur Baturraden. Telaga ini begitu indah dengan airnya yang dingin dan sangat jernih. Pada musim-musim tertentu dapat dijumpai aneka warna kupu-kupu dan capung yang beterbangan di sekitar telaga



Tempat Wisata Bendungan, Banyumas

~ Bendung Gerak Serayu, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata bendungan yang mulai dibangun pada tahun 1993 dan diresmikan bulan November1996 yang mengairi sawah-sawah di Banyumas dan Cilacap, serta sebagian wilayah Kebumen. Jalan menuju lokasi wisata ini cukup baik, dengan tempat parkir luas, serta pemandangan sekitar yang indah. . GPS: -7°31’30″, 109°12’4″.



Tempat Wisata Fauna, Banyumas

~ Kebun Binatang Kaloka Widya Mandala, Tempat Wisata Banyumas
Tempat Wisata yang diresmikan pada 17 Mei 1995, dengan koleksi sapi berkaki lima, kambing berkaki tiga, gajah, beruk, buaya Irian, ular sanca, kasuari, monyet, landak, iguana, cendrawasih, kelelawar, ayam kate, ayam mutiara, orang utan, elang bondol dan rusa.



Tempat Wisata Kuliner

~ Getuk goreng Sokaraja
Jajanan dan oleh-oleh dari Sokaraja, terbuat dari singkong yang ditumbuk dan berbentuk gumpalan kecoklatan, dengan rasa yang manis gula Jawa, dikemas dalam besek dengan barbagai ukuran.

~ Soto Sokaraja
Ada banyak tempat makan soto di Sokaraja, dari awalnya hanya sebuah warung Soto Sokaraja yang bernama Kecik. Kekhasannya ada pada sambal kacang yang kental, serta irisan ketupat, dan kuah soto yang bercampur kerupuk.

~ Soto Jalan Bank
Ini adalah soto favorit saya, dan selalu menyempatkan mampir ketika baru tiba di Purwokerto, apakah setelah turun dari kereta api, atau pun jika menggunakan kendaraan sendiri. Ada beberapa warung soto di Jl. Bank, namun yang selalu saya kunjungi adalah Soto Sungeb.

Mendoan dan keripik tempe adalah makanan khas Banyumas yang tidak boleh dilewatkan, dan bisa dijumpai di banyak tempat. Nopia dengan berbagai ukuran dengan rasa yang manis juga perlu dicoba. Untuk membeli mendoan dan jajanan yang lain anda bisa singgah ke Jl. Jend Sutoyo – Sawangan.




*Sumber: The Aerongbinang Project

Aji Yulianto
Jamanku cilik, wong ulih banyu nggo adus, nggo nginum ora kaya siki sing nganggo pompa listrik sing latah diarani Sanyo. Gemiyen ngarah banyune sekang sumur cilik sing panggonane lewih dhuwur, istilahe ngeslang, soale nganggo sleng banyu. Sekang sumur mu disedot disit nang ngisore, nek wis mili terus disambung slang maning nganti tekan umahku. Lumayan adoh, kayane ana setengah kilo. Dadi banyune gari mili, dijorna bae nganti kimplah-kimplah luber. Paling angger ora mili gari di tiliki. Goleh niliki diurut kang ngisor, sapa ngerti ana sing pedhot apa pecah ketiban klapa utawa kayu. Nek mlebu mangsa ketiga, kudu sering di tiliki. Nek sumure banyune mudhun njur dijerokna maning slange. Nek sat ya dienteni isine maning ben bisa disedot. Tapi nek wis ketiga dawa ya sat temenan ora isi-isi. Nggolet banyune ya ngangsu, adus sisan nang pinggir sumur sing dadi panggonan adus umum.

Gumune gemiyen ye ora isin, adus bareng-bareng. Aduse ora wuda brah, tapi nganggo petelesan. Nah bar adus, baline nggawa banyu. Bisa nyangking apa mikul, sing nyangking biasane wong wadon. Engko tekan ngumah disogna jembangan utawa padasan nggo wudu. Kayane ndisit wonge sehat-sehat, sing wis tuwa ya kelar mikul. Sing duwe motor malah ngangsune nganggo jligen kiwe-nengen. Dilebokna meng bahan karung sing di jait ben bisa madhahi jligen loro. Tapi sing duwe motor ora akeh.


Maju ngeneh, njur mangsan wong padha gawe sumur timba. Meh kabeh umah nggawe, tapi ora kabel kasil ulih banyu, apa ulih banyu tapi 20 meter. Nek pas mujur ya ulih sumber apik sing ora tau sat tur ora jero. Bareng akeh sing duwe sumur, nek ketiga nunut adus nang sumure tanggane. Aku dhong umahku urung duwe sumur dewek ya sok nunut adus. Wah pahalane akeh mesthi sing duwe sumur, amin. Bareng umahku wisduwe sumur, gemiyen nek bali sekolah tugase kon ngiseni bak. Dadi sekang sumur ditimba, lebokna jembangan, terus disedot maring bak. Lumayan kena nggo ngencengna lengen, wong nimbane nganti 100 timba, jerone 20 meter. Tangane biasane ya ngapal, tapi ora apa-apa wong pancen amben dina ngandhul nang Koprades.Nek nang kota ana sing nganggo pompa wesi sing warnane ijo. Umume diarani Pompa Dragon, mbuh koh bisa diarani kaya kuwe anu sekang ngendi. Nek pompa dragon sumure rapet, mbuh bolongane dibeton, apa pancen anu di bor? Tapi jarku sing nganggo pompa dragon ora akeh, tetep akeh sing model timba, sebabe sepisan maning ora ngerti.Najan wis duwe sumur dewek, tapi nek mangsan udan, ya ngeslang maning. Lha lewih mayar, ora kesel, banyune teka dhewek. Tapi maju ngeneh sing ngeslang tambah akeh, dadi ana saingane. Kudu sering-sering ditiliki.Bareng listrik wis mlebu, mulai ana sing nganggo pompa listrik alias Sanyo. Gari mijet saklar, banyune wismaring bak. Sing duwe sumur tapi adoh kang umah ana sing masang pompane nganti 2, siji sekang sumur tekan bak tampungan, sijine kang bak tampungan maring umah. Siki kayane wis ora ana wong mikul nang ndesaku ngkana ya. Bocah siki ya wis ora ngerti sing jenenge mikul, ngangsu setengah kilo.


*Source: Goleti.com
Aji Yulianto

Winginane tahun baru jare kancaku sing teksih neng Purwokerto, anu kae sing jenenge mantan terminal lama jere arep digawe taman kot utawa City Park. Ngasi siki jere hurung rampung padahal nek dideleng deleng wong Purwokerto kuwe kayang mandan ngelak kepengin nduwe panggonan sing asik nggo jagongan karo keluarga. Nek nang Purbalinggahan tah ana macem macem, Owabong, Reptil, Taman Aquarium, trus jere ya Alun alune mandan enak nggo tongkrongan. Trus jere jere Purwokerto perkembangane kalah karo Purbalingga, padahal kotane lewih gede trus nduwe Universitas mbarang lan nduwe tapsiun kreta mbarang. Nyong ya dadi bertakon takon: mata tih?
Nek awal tahun 2009 tah janen teksih ana masalah karo legislasi apa kepriwen kae mbuh, tapi ya muga muga siki wis mandan beres. Tuli enak nek purwokerto tambah siji maning sing isa nggo tongkrongan utawa nyemantai karo keluarga trus ora patia adoh kaya Baturaden. Wong sing jenenge kota tambah rame, wonge tambah akeh ya kudune fasilitas umume mengikuti ora mung mall baen sing dibangun. Kaya kuwe ndeaannn...



*Source: Goleti.com
Aji Yulianto

PDF Print E-mail
Wednesday, 22 April 2009


utama_slamet.jpgMembaca email pagi ini sempat kaget oleh email dari teman di mailinglist yang mengabarakan bahwa beliaunya ditelfon dari beberapa keluarga tentang meningkatnya aktifitas gunung Slamet terutama di sisi Ajibarang dan sekitarnya. Gunung slamet yang terlihat indah dari belakang rumah saya sekarang mulai menampakkan aktifitasnya. Kadang memang terlintas di pikiran saya gunung berapi yang masih aktif ini pada suatu saat pasti akan melakukan aktifitas alamnya, tinggal menunggu waktu dan entah kapan. Foto di sebelah saya ambil sekitar satu tahun yang lalu, April 2008 di Kembaran, Banyumas.

Dari mailinglist di cantumkan berita dari media-media utama yang tercantum di bawah ini:

TVOne

Badan Geologi Tingkatkan Status Gunung Slamet

21 Apr 2009 19:16:41

Bandung, (tvOne)

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG), Badan Geologi meningkatkan status G. Slamet, Provinsi Jawa Tengah menjadi Waspada terhitung mulai hari ini (21/4) sejak pukul 12:00 WIB. Peningkatan status ini terkait dengan meningkatnya temperatur air panas di Pandansari dan Pasepuhan.

Kepala PVG, Surono mengatakan, kondisi G. Slamet hari ini terekam secara menerus Gempa Tremor Vulkanik, dengan amplituda maksimum berkisar antara 0.5 –10 mm dan pengamatan visual terlihat asap putih tipis dengan tinggi ± 50 – 300 m. Selain itu lanjut Beliau, temperatur air panas di Pandansari dan Pasepuhan mengalami peningkatan dari hari ke hari hingga hari ini tercatat di Pandansari ± 45,7 °C dan di Pasepuhan ± 63 °C. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik G. Slamet, lanjutnya.

Pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Slamet dan kami tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (BPBD Provinsi dan dan Satlak PB) setempat. Apabila aktivitas G. Slamet kembali menurun atau meningkat, maka status G.Slamet dapat diturunkan atau dinaikan kembali sesuai dengan tingkat kegiatannya.

Kepala Pusat meminta kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak melakukan kegiatan pendakian serta menggunakan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu lebat untuk menghindari terjadinya gangguan pernafasan.

Suara Merdeka

21/04/2009 17:38 wib - Daerah Aktual- Cybernews

Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Meningkat

Bandung, CyberNews. Aktivitas vulkanik Gunung Api Slamet (3432 mdpl) menunjukan peningkatan. Sejak pukul 12.00 Selasa (21/4), gunung api yang terletak di lima wilayah kabupaten di Jateng itu dinaikan statusnya satu tingkat, dari semula aktif normal menjadi waspada.

Kepala Bidang Penyelidikan dan Pengawasan Gunung Api PVMBG, M Hendrasto menyatakan kenaikan itu dilandasi oleh empat parameter, baik yang direkam oleh alat seismograf maupun secara visual. Indikasi yang terekam dinilai di luar kebiasaan dan perlu mendapat perhatian.

Di antaranya frekuensi gempa permukaan yang cenderung terus meningkat. Pada Minggu lalu, gempa permukaan hanya tercatat 49 kali kejadian. Tapi sehari kemudian, jumlahnya dapat mencapai 97 kali kejadian.

Hal yang sama terjadi pada aktivitas gempa tremor, yang menandakan terjadinya pergerakan magma menuju permukaan. Kemarin pagi, amplitudo tremor maksimal berkisar antara 0,5-10 mm sempat terekam. Dari arah puncak, hembusan asap yang biasanya berbentuk tipis juga mulai menunjukan perubahan.

"Selasa pagi, asap putih tebal kecoklatan keluar dari kawah dengan ketinggian mencapai 300 meter. Selepas pukul 8.00 Wib, pengamatan secara visual tak bisa dilakukan karena tubuh gunung terhalang kabut," katanya saat dihubungi Selasa. Indikasi lain adalah suhu air panas di sekitar gunung api. Dua lokasi yang dijadikan tempat pengukuran yakni di sekitar Pemandian Guci, Slawi-Tegal menunjukan peningkatan suhu.

Pada pukul 10.30 kemarin, suhu air di Pandansari mencapai 45,7 derajat celcius sementara di Pasepuhan lebih panas lagi sekitar 63 derajat celcius. Jumat lalu, suhu di Pandasari hanya sekitar 42,2 derajat celcius dan Pasepuhan sekitar 61,6 derajat celcius. "Suhu normal di Pasepuhan sekitar 59 derajat."

Semenjak dinaikan statusnya, PVMBG terus melakukan pemantauan secara intensif. Mereka juga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat. "Belum ada rekomendasi pengungsian. Masyarakat juga jangan terpancing isu tidak bertanggung jawab atas aktivitas Slamet," katanya.

Kepada masyarakat, dia meminta agar tidak mendekati puncak Slamet. Kawasan itu dinyatakan tertutup bagi aktivitas masyarakat. Warga juga diingatkan agar menyiapkan masker untuk menghindari dampak hujan abu lebat yang sewaktu-waktu dapat dimuntahkan oleh Slamet. "Jika terjadi hujan abu lebat, masyarakat sebaiknya menggunakan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi gangguan saluran pernapasan," tandasnya.

Gunung Api Slamet yang merupakan gunung api berbentuk kerucut, secara administratif masuk ke dalam 5 wilayah Kabupaten yaitu Pemalang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Purbalingga.

(Setiady Dwi /CN05)

*goleti.com

Aji Yulianto

PDF Print E-mail
Tuesday, 21 April 2009
Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – wafat di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Biografi
Ayah Kartini, R.M. Sosroningrat. Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat.
Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Makam R.A. Kartini di Bulu, Rembang.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
Surat-surat
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru, dengan pembagian buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Dalam bahasa Inggris, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
Pemikiran
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Buku
Habis Gelap Terbitlah Terang
Sampul buku versi Armijn Pane.
Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.
Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi.
Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Penyebab tidak dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht, adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.
Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno. Pada mulanya Sulastin menerjemahkan Door Duisternis Tot Licht di Universitas Leiden, Belanda, saat ia melanjutkan studi di bidang sastra tahun 1972. Salah seorang dosen pembimbing di Leiden meminta Sulastin untuk menerjemahkan buku kumpulan surat Kartini tersebut. Tujuan sang dosen adalah agar Sulastin bisa menguasai bahasa Belanda dengan cukup sempurna. Kemudian, pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap Door Duisternis Tot Licht pun terbit.
Buku kumpulan surat versi Sulastin Sutrisno terbit dengan judul Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya. Menurut Sulastin, judul terjemahan seharusnya menurut bahasa Belanda adalah: "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsa Jawa". Sulastin menilai, meski tertulis Jawa, yang didamba sesungguhnya oleh Kartini adalah kemajuan seluruh bangsa Indonesia.
Buku terjemahan Sulastin malah ingin menyajikan lengkap surat-surat Kartini yang ada pada Door Duisternis Tot Licht. Selain diterbitkan dalam Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya, terjemahan Sulastin Sutrisno juga dipakai dalam buku Kartini, Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya.
Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia tidak hanya menerjemahkan surat-surat yang ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Joost Coté juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Coté, bisa ditemukan surat-surat yang tergolong sensitif dan tidak ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Menurut Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada dirinya sudah saatnya untuk diungkap.
Buku Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 memuat 108 surat-surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon. Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematrie.
Panggil Aku Kartini Saja
Sampul Panggil Aku Kartini Saja.
Selain berupa kumpulan surat, bacaan yang lebih memusatkan pada pemikiran Kartini juga diterbitkan. Salah satunya adalah Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer. Buku Panggil Aku Kartini Saja terlihat merupakan hasil dari pengumpulan data dari berbagai sumber oleh Pramoedya.
Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
Akhir tahun 1987, Sulastin Sutrisno memberi gambaran baru tentang Kartini lewat buku Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya. Gambaran sebelumnya lebih banyak dibentuk dari kumpulan surat yang ditulis untuk Abendanon, diterbitkan dalam Door Duisternis Tot Licht.
Kartini dihadirkan sebagai pejuang emansipasi. Dalam kumpulan itu, surat-surat Kartini selalu dipotong bagian awal dan akhir. Padahal, bagian itu menunjukkan kemesraan Kartini kepada Abendanon. Banyak hal lain yang dimunculkan kembali oleh Sulastin Sutrisno.
Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
Sebuah buku kumpulan surat kepada Stella Zeehandelaar periode 1899-1903 diterbitkan untuk memperingati 100 tahun wafatnya. Isinya memperlihatkan wajah lain Kartini. Koleksi surat Kartini itu dikumpulkan Dr Joost Coté, diterjemahkan dengan judul Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.
"Aku Mau ..." adalah moto Kartini. Sepenggal ungkapan itu mewakili sosok yang selama ini tak pernah dilihat dan dijadikan bahan perbincangan. Kartini berbicara tentang banyak hal: sosial, budaya, agama, bahkan korupsi.
Kontroversi
Ada kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu, merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis di Hindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almarhum Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda.
Penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga agak diperdebatkan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya, karena masih ada pahlawan wanita lain yang tidak kalah hebat dengan Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya.
Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah melingkupi perjuangan nasional.
Sumber : Wikipedia

*goleti.com
Aji Yulianto
Purwokerto Tambah Maju atau Semrawut? PDF Print E-mail
Sunday, 19 April 2009

purwokerto_kota_main_street.jpgMinggu lalu pas long weekend liburan ke Victoria sempat ketemuan teman yang sedang kuliah Master program dan mampir ke tempat tinggalnya beberapa jam. Gak taunya dimana dia tinggal ada teman yang berasal dari Gumelar yang juga sedang menyelesaikan program Master Degree-nya di Univ. of Melbourne, wah tanpa basa basi langsung ngomong ngapak ngapak lah. Beliaunya lebih tahu banyak tentang apa yang terjadi di Purwokerto karena memang bekerja di Kota Satria yang Indah ini. Ngapak ngapaknya ngalor ngidul tapi pas lagi ada temen lain yang gak ngerti basa Indonesia atau ngapak langsung deh beringgrwish ria. Tapi disini intinya bukan Melbourne atau program S2 yang sedang diambil teman teman saya. Melainkan perkembangan kota Purwokerto yang tambah semrawut ujar teman saya ini.

Dari perbincangan dengan teman dengan ngapak ngapak di Melbourne ini pasti lah membicarakan tentang kota Purwokerto. Purwokerto tambah ramai, buat sebagian kalangan menyenangkan karena banyak ramai dan 'maju'. Bertambahnya ruko ruko dan bangunan bangunan bisnis yang memang berita baik karena segi ekonomi otomatis juga meningkat, dan perdagangan juga tambah ramai. Bisa dilihat dari bertambah banyaknya pedagan kaki lima di hampir semua sudut di Purwokerto kata teman saya. "Wah Wan, siki Purwokerto tambah rame neng pedagan kaki lima. Neng ndi ora ana baen." Trus saya bilang:" Ya apik, tambah rame lan tambah sumringah sirkulasi ekonomine."

Iya bener, tapi dadi tambah semrawut ujar teman saya. Tata kota yang seharusnya sudah indah dan rapi, tapi berhubung hampir di semua trotar banyak kaki lima jadi serasa di pasar dimana mana. Teman saya menceritakan betapa semrawut dan susah diaturnya pengusaha dagang kecil di sekitar RS Margono yang mana seharusnya pasien membutuhkan ketenangan malah serasa di terminal. Malah beberapa masuk ke kamar pasien dan menawarkan dagangannya ke pasien langsung. Sudah sempat di larang dan ditertibkan, tapi ada saja cara mereka menjajakan ke pasien dengan berpura pura menjadi pengunjung yang membawa makanan untuk yang dikunjungi tapi malah menawarkan dagangan dalam buntelan tas kresek. Hah?!

Memang banyak sekali dilema yang dihadapi, pedagang kaki lima adalah cuman salah satu dari jutaan dilema yang ada di nusantara. Disisi lain kita ingin kota kita rapi dan enak untuk jalan jalan dan tidak ingin seperti Jakarta yang sudah ancur dan berantakan dengan kaki lima dan premannya. Kita tidak ingin seperti itu kan, meskipun dengan skala lebih kecil. Tapi disisi lain, kita tidak bisa memberikan solusi buat pedagang-pedagang itu jika mereka ditertibkan. Betul, karena mereka tidak ada pilihan untuk pekerjaan lain mungkin. Atau sebenarnya ada tapi tidak mau bekerja lebih keras lagi? Parahnya lagi, pedagang-pedagang itu kebanyakan berasal dari luar kota dan luar Jawa bahkan! Jadi, kalau kalau kita berfikir pedagang itu merupakan kemajuan ekonomi bagi Purwokerto atau bahkan kesemrawutan buat kota Satria ini??

*goleti.com
Aji Yulianto

PDF Print E-mail
Monday, 06 April 2009

Oleh: Yanti Susanti*

Dalam Laporan Kasus AIDS Depkes periode Oktober-Desember 2008 , Jawa Tengah menduduki peringkat 10 besar Propinsi di Indonesia dengan jumlah kasus AIDS sebanyak 530 kasus. 23,8% atau 126 dari jumlah tersebut ditemukan pada para pengguna Narkoba suntik (penasun). Peringkat 10 besar propinsi ini memang sudah cukup lama disandang Jawa Tengah.

Bila kita perhatikan laporan Depkes tersebut lebih seksama, terlihat bahwa Kabupaten Banyumas ada di peringkat kedua setelah Kota Semarang dengan jumlah kasus AIDS masing-masing 64 dan 175 kasus.

Mungkin Anda melihat jumlah 64 kasus itu sebagai jumlah yang tidak banyak, namun demikian jumlah tersebut boleh jadi jauh lebih sedikit dari jumlah kasus yang sebenarnya ada. Artinya masih banyak kasus yang belum terungkap atau terlaporkan. Bila kita bandingkan dengan laporan estimasi populasi dewasa rawan terinfeksi HIV tahun 2006 dari Depkes, di diperkirakan ada 400 ODHA (orang dengan HIV dan AIDS) di Banyumas.

Salah satu hal yang menyebabkan jumlah kasus ini under reported adalah belum baiknya sistem pencatatan dan pelaporan kasus HIV dan AIDS di tingkat layanan kesehatan maupun sektor terkait. Banyak orang yang tahu status HIV-nya tidak mau melaporkan karena tinginya stigma dan diskriminasi, jumlah klinik VCT yang masih kurang sehingga menyebabkan kurangnya akses populasi berisiko pada klinik VCT atau cakupan program yang belum menjangkau populasi berisiko secara optimal.

Estimasi Nasional Populasi dewasa rawan terinfeksi HIV yang dikeluarkan Depkes tahun 2006 menunjukkan bahwa di kabupaten ini populasi yang dominan tertular adalah pelanggan WPS (wanita pekerja seks) dengan jumlah 14,310 orang.

Respon pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di daerah dikoordinasikan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi dan Kab/Kota dengan dukungan penuh dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Peran dan fungsi KPA Propinsi dan Kabupaten sangat strategis untuk menggalang komitmen dari berbagai pihak.

Komitmen pemerintah daerah perlu diperkuat dan sudah saatnya pemda melihat kondisi epidemi AIDS di wilayahnya secara serius dan melakukan berbagai langkah strategis untuk mencegah dan menanggulanginya. Kerjasama erat dengan semua mitra dan sektor terkait di daerah untuk harmonisasi implementasi program sangat perlu untuk dilakukan

Jangan sampai lebih banyak lagi penduduk Banyumas yang tertular HIV karena biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan perawatan orang dengan HIV AIDS (ODHA) akan jauh lebih besar dibandingkan biaya pencegahan penularan. Selain itu dampak HIV dan AIDS di segala bidang kehidupan di kemudian hari bisa lebih dahsyat bila tidak bertindak sekarang.

*Staf Monioring dan Evaluasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, alumni Faperta UNSOED 2001, Pengurus SEF UNSOED 1996.


*copas from : goleti.com