Aji Yulianto
Banyak orang yang mungkin menganggap dengan kekayaan, harta yang melimpah dan pangkat, maka kehidupannya akan senantiasa bahagia. Mungkin memang iya, tapi tak sepenuhnya.
Harta bukanlah segalanya, kita tak mungkin membawanya hingga kita mati. Masih banyak celah kebahagiaan di dunia ini jika kita benar-benar menyadarinya.

Bahwa ada indikator kebahagiaan menurut Rasulullah SAW, yakni :

1. HATI YANG PENUH SYUKUR
Memiliki jiwa yang bersyukur berarti selelau menerima apa adanya atas pemberian Allah SWT. Apapun pemberian dan keputusan Allah, orang yang pandai bersyukur akan datang dan mengingatn-Nya.
Sadarkah kita manusia? Bahwa banyak sekali nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, sungguh tak terhitung. Apa yang harus kita syukuri? Menurut Rasulullah SAW ada 4 hal :

~ Syukur sebagai Manusia
Sungguh sebuah nikmat Alah yang luar biasa bahwa kita terlahir di dunia inis sebagai manusia.
Dengan jutaan sel telur, kiat beruntung terlahir ke dunia ini sebagai makhluk yang sempurna. Pernahkah kita membayangkan diri kita 100 tahun yang lalu kita ada di mana?
Syukurilah kita memiliki kehidupan ini, kehidupan yang luas. Alangkah bahagia kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna.

~ Syukur sebagai Muslim
Manusia yang mendapatkan hidayah dari Allah hatinya akan terasa lapang, sebaliknya manusia yang tak mendapatkan hidayah-Nya maka hatinya sempit.
Kita tau bahwa Umar bin Khattab sebelumnya dianggap mati, karena kafir dan menentang Nabi Muhammad SAW sampai hampir membunuh beliau. Namun karena hidayyah dari Allah maka Umar bin Khattab menjadi seorang muslim, hingga beliau diangkat menjadi Khalifah.
Semoga kita semua merupakan muslim yang taqwa, dan kelak di akhir zaman kita mendapatkan syafa`at dari Rasulullah SAW. Amiien yaa rabbal `alamin.!!

~ Nikmat Hidup
Bahwasannya kita diberi kehidupan adalah sebuah nikmat yang tak ternilai. Setiap hari kita menghirup oksigen jika harus dibayar berapa? Sangat tak ternilai pemberian dari Allah.
Maka jalanilah hidup ini dengan penuh kesabaran, sesungguhnya segala sesuatu dalam hidup ini merupakan rencana Allah yang baik untuk kita di masa depan.

~ Nikmat Sehat
Ketika kita sehat dalam menjalankan segala aktivitas kita akan merasa nyaman, lain rasanya ketika kita sakit. Tapi terkadang kita lupa ketika kita sehat, bahwasannya sehat adalah pemberian Allah. Dan ketika kita sakit kita merasa menderita, semua itu adalah pemberian Allah. Pernahkah kita membayangkan bahwa kita tak bisa berjalan, mendengar dan melihat?
Maka syulurilah nikmat Allah ini, jangan hanya ketika kita sakit kita ingat dan merintih memohon agar dijauhkan dari rasa sakit.

2. PASANGAN HIDUP YANG SHOLEH
Pasangan hidup yang sholeh akan membentuk keluarga yang sholeh. Sungguh beruntung seorang istri yang memiliki suami yang sholeh. Suami yang penuh tanggungjawab, mampu menjadi "imam" yang baik bagi keluarga. Kelak suami akan diminta pertanggungjawabannya dalam menuntu anak dan istri kepada kesholehan.
Dan sebaliknya, berbahagialah seorang suami memiliki istri shalehah. Jaman sekarang mungkin istri yang shaleh yang sulit dicari, hehe. Menurut Nabi Muhammad SAW ada 3 ciri-ciri istri yang shalehah :
-jika diberi, ia menerima
-jika tak diberi, ia sabar
-dipandang menyenangkan

3. ANAK YANG SHOLEH
Saat Rasulullah SAW lagi thawaf, Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu: “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu: “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?”

Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah.

Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.

4. LINGKUNGAN YANG KONDUSIF UNTUK IMAN KITA

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.

Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.

Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.


5. HARTA YANG HALAL
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.

Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.

Berbahagialah orang-orang yang selalu teliti menjaga kehalalan hartanya.



6. SEMANGAT UNTUK MEMAHAMI AGAMA
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.

Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya.

Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.

Berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.



7. UMUR YANG BAROQAH
Alangkah bahagianya hidup kiita jika kita bermanfaat bagi orang lain.
Saat-saat yang paling bahagia adalah ketika jenazah kita diusung oleh dhuaffa, oleh kaum Muhammad sambil diiringi doa. Sebaliknya jika kita menjalani hidup ini untuk hal-hal yang tak bermanfaat. Maka saat-saat yang paling menyedihkan adalah ketika jenazah kita diusung, semua orang "berjingkrak kegirangan".
Maka jalanilah usia/hidup kita untuk segala sesuatu yang bermanfaat, agar kelak di masa depan kita menuai kebahagiaan kekal.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya.

Berbahagialah orang-orang yang umurnya baroqah.


Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin membaca doa ’sapu jagat’, yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia”), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah?”. Jawab Rasulullah SAW: “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya: “Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW kembali menjawab: “Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.

Sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah. Insya Allah, Amiin.

0 Responses