Aji Yulianto
...fear for the future, and alter our fate...

Hidup ini tak selalu manis, terkadang harus menelan pahit.
Anehnya, terkadang pahit itu belum ditelan namun sudah dirasakan. Itulah rasa takut.

Dunia ini begitu luas, tapi terkadang aku merasa dunia ini begitu sempit.
Sempit, ketika merasa tak punya tempat untuk berbagi. Saat menangis namun tak seorangpun yang mendengar. Saat ketidakadilan yang kudapat. Ah, seolah dunia tak bersahabat.

Ada detik-detik dimana aku merenung. Apa yang akan terjadi esok? Dengan adik-adikku, dengan keluargaku?
Sebagai anak pertama, aku merasa bodoh mengatur hidupku sendiri. Bagaimana aku mengatur adik-adikku?
Aku merasa gagal ketika mereka (adik-adikku) melakukan keteledoran.
Aku punya mimpi, mereka pun sama. Untuk mewujudkan mimpiku sendiri aku merasa payah.
Beruntung kami masih memiliki bibi (bu lik), yang sudah menganggap kami sebagai anaknya sendiri, senantiasa membimbing kami.

Ya Allah, ketakutan ini kadang terasa membunuh. Aku takut ketika aku harus benar-benar sendiri dalam melangkah. Aku takut dengan masa depanku, masa depan keluargaku.
Terkadang benci untuk memiliki mimpi, hanya menciptakan ketakutan untuk meraihnya.

Aku pernah punya tekad untuk membahagiakan kedua orang tuaku. Rasanya belum sempat tercapai, Allah telah memanggil mereka terlebih dahulu. Aku diajarkan untuk pesimis, bahwa mereka yang telah meninggalkan kita terlebih dahulu belum bahagia di alam sana. Semoga aku masih bisa membahagiakan mereka, meskipun hanya lewat doa.
Aku pun punya tekad untuk membahagiakan mereka yang masih tersisa. Semoga aku tak kehilangan kesempatan.
Ya Allah.. Ampuni hambamu yang lemah ini
Berikan senantiasa kekuatan, mudahkan jalan kami dalam mencari rizkimu
Amiien



Teman, rasanya hanya disini aku bisa menuangkan rasa, dengan goresan.
0 Responses